Oktober 25, 2010

Ketahui 8 Jenis Sakit Kepala

RASANYA, tak ada orang yang tak pernah menderita sakit kepala, bahkan sebagian telah kronis. Mengenali jenis sakit kepala menuntun Anda menemukan pengobatan terbaik.

Berikut, delapan jenis sakit kepala, seperti diulas Womansday.

Sakit kepala berasal dari mulut

Pusat sakit kepala ini bukan pada kepala, tetapi mulut atau rahang. Sakit kepala bisa dirasakan sepanjang hari, tapi penderitanya mengatakan bahwa sakit paling intens dirasakan pagi hari setelah malamnya tidak gosok gigi atau saat stres di siang hari, ketika sebagian besarnya tidak menyadari mereka menggerutukkan gigi. Bagaimana mengobatinya?

"Kebanyakan pasien tidak menyadari bahwa mereka dapat berkunjung ke dokter gigi untuk treatment oklusi khusus untuk mengobati sakit kepala," kata Colleen Olitsky DDS, dokter gigi estetik di New York dan Florida. "Gigitan seseorang, atau oklusi—gigi tumbuh berbarengan—dapat menyebabkan sakit kepala dan sakit leher."

Migren


Menurut National Headache Foundation, lebih dari 29 juta orang Amerika menderita sakit kepala migren. Bukan saja menyakitkan dan melemahkan, migren juga berhubungan dengan mual, muntah, masalah penglihatan, serta kepekaan terhadap cahaya dan suara. Meskipun sedikit yang bisa diketahui soal penyebab pasti migren, para ahli memberikan alternatif terbaik untuk pengobatan. Di antaranya, akupunktur, teknik relaksasi (latihan pernapasan, visualisasi, yoga, dan meditasi), vitamin B12 dan suplemen magnesium, dan suntikan botox.

Sakit kepala akibat obat sakit kepala

Anda minum obat sakit kepala untuk meredakannya, bukan untuk membuatnya lebih buruk. Tetapi, para ahli memperingatkan tentang jenis baru sakit kepala yang semakin umum, terutama di kalangan penderita sakit kepala kronis. Jenis baru ini disebut sakit kepala akibat obat berlebihan. Anda minum obat sakit kepala, tapi justru diikuti serangan pusing. Obat-obatan dimaksud, seperti aspirin, acetaminophen, atau ibuprofen yang diminum setiap hari. Metode pengobatan nantinya bervariasi, tergantung pada pasien dan tingkat keparahan sakit kepala.

Sakit kepala sinus

Apakah disebabkan oleh infeksi sinus atau alergi musiman, sakit kepala sinus paling sering dirasakan sebagai nyeri yang mendalam di tulang pipi, dahi, atau hidung. Sakit kepala sinus biasanya mengintensifkan gerakan kepala tiba-tiba (seperti membungkuk untuk mengambil sesuatu dari tanah), ketika terjadi pergeseran dan tekanan dalam rongga sinus Anda.

Atur penggunaan dekongestan atau antihistamin untuk memerangi gejala sakit kepala sinus. Namun, bukan tak mungkin jika dokter Anda memberikan antibiotik untuk memerangi setiap infeksi.



Sakit kepala akibat kurang tidur

Kurang tidur bisa menyebabkan sakit kepala hebat. Cara terbaik untuk menghadapinya adalah acetaminophen atau ibuprofen akan sedikit melegakan Anda, tapi sekaligus akan mengubah kebiasaan tidur Anda.

Cobalah untuk menjaga jadwal tidur yang sama pada akhir pekan seperti yang Anda lakukan selama seminggu. Juga, tidur malam setidaknya enam jam bila memungkinkan.

Sakit kepala berkluster

Dikenal sebagai salah satu jenis yang paling menyakitkan dari sakit kepala, sakit kepala kluster jarang terjadi. Penderitanya mengatakan bahwa sakit kepala ini menyerang dalam gelombang atau "kluster." Sakit kepala mungkin mendera selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, dan biasanya diikuti dengan periode "pengampunan" selama sebulan atau lebih.

Penyebab paling umum adalah magnesium rendah. Untuk itu, infus magnesium dapat bekerja sebagian dengan membuka pembuluh darah terbatas yang menyebabkan sakit kepala. Pilihan pengobatan yang juga dapat dilakukan, adalah terapi oksigen, anestesi lokal, dan obat-obatan lainnya.

Sakit kepala terkait stres

Setiap sumber stres bisa mendatangkan sakit kepala serius. Anda dapat minum pil untuk mengurangi gejala, tetapi pertimbangkan langkah lain untuk mengakhiri sakit kepala seluruhnya.

"Perhatikan baik-baik pada saat Anda mulai sakit kepala," kata Howard Schubiner MD, ahli sakit kepala dan nyeri di Providence Hospital di Southfield, Michigan. "Kemungkinan bahwa ada beberapa masalah besar yang mengganggu Anda pada saat itu, beberapa situasi yang mengganggu, atau situasi di mana Anda merasa terjebak dan Anda tidak bisa menyelesaikan. Jika Anda menemukan pola serangan, pikirkan tentang tekanan yang terjadi pada hari-hari tersebut."

Sakit kepala ketegangan

Ahli sakit kepala memperkirakan bahwa apa yang disebut "sakit kepala ketegangan" adalah jenis paling umum sakit kepala yang dilaporkan oleh orang dewasa. Penyebabnya termasuk kelelahan, kelaparan, paparan asap, bahkan rekan kerja Anda.

Pengobatan untuk sakit kepala ketegangan mungkin termasuk acetaminophen, ibuprofen, atau kombinasi keduanya. Bagi penderita sakit kepala ketegangan kronis, dokter juga biasa meresepkan antidepresan untuk memerangi rasa sakit.

Disadur dari Nara Sumber, disini

Oktober 24, 2010

Teh & Kopi Pencegah Kanker Otak

BERBAHAGIALAH bagi Anda pencinta minuman teh dan kopi. Tidak hanya berfungsi menambah energi dalam tubuh, konsumsi secara rutin teh dan kopi diketahui dapat mencegah penyakit kanker, terutama kanker otak.


Para ilmuwan telah lama menemukan bukti bahwa kopi atau teh dapat mendongkrak stamina tubuh seseorang. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengonsumsi secara rutin dua jenis minuman yang paling populer di dunia ini juga dapat melindungi Anda dari kanker otak yang kerap menyerang orang dewasa.

Walaupun hanya minum setengah cangkir kopi atau teh per hari, ternyata dapat menurunkan risiko kanker otak sebesar 34 persen. Dominique S Michaud dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Brown University di Providence, Amerika Serikat, merupakan ketua tim internasional yang melaporkan temuan tersebut pada edisi November jurnal American Journal of Clinical Nutrition.

Gagasan bahwa kopi dan teh bermanfaat bagi kesehatan, terutama sebagai antikanker bagi peminum reguler berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan bahwa penikmat dua minuman ini juga dapat terhindar dari risiko untuk penyakit alzheimer dan parkinson. Studi lanjutan ini membahas lebih jauh kemungkinan bahwa kopi dan teh juga dapat mencegah kanker otak.

Terutama jenis glioma, sebuah kanker yang menyerang sistem saraf pusat yang berasal dari otak dan atau sumsum tulang belakang. Glioma termasuk kanker otak penyebab sekitar 80 persen dari kasus kanker otak ganas pada orang dewasa. Namun, hasil penelitian ini sendiri belum dapat membuktikan bahwa kedua minuman itu memberikan perlindungan terhadap kanker. “Ini semua bersifat sementara,” kata Michaud.

“Studi ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi siapa pun juga untuk mengubah asupan kopi atau teh mereka,” lanjutnya seperti dikutip healthday.com. Sekalipun jika kopi dan teh memiliki efek langsung terhadap risiko glioma, sepertinya dampaknya akan kecil. Kanker otak secara umum jarang terjadi di dunia.

Di Eropa misalnya, tingkat kejadian tahunan diperkirakan antara empat hingga enam kasus per 100.000 perempuan, dan enam sampai delapan kasus untuk setiap 100.000 pria. Secara keseluruhan, kemungkinan seseorang akan mengembangkan kanker otak dalam seumur hidup mereka kurang dari 1 persen.

Namun ujar Michaud, jika asupan kopi dan teh yang lebih tinggi ternyata dapat melindungi terhadap glioma, ini akan dapat memberikan wawasan pada peneliti mengenai penyebab kanker tersebut. “Saat ini kita tidak tahu banyak tentang apa yang menyebabkan kanker otak,” tandasnya.

Studi ini sendiri mengevaluasi data kesehatan lebih dari 410.000 pria dan wanita berumur antara 25 dan 70 tahun yang diambil dari penelitian European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition, yang berasal dari Prancis, Belanda, Italia, Spanyol, Inggris, Yunani, Denmark, Norwegia, Swedia, dan Jerman.

Para partisipan direkrut antara 1991 dan 2000 dan terus dipantau selama 8,5 tahun. Dalam penelitian dilakukan survei makanan yang digunakan sebagai pengukur, antara lain jumlah konsumsi teh dan kopi masing-masing peserta studi. Mereka juga diminta melengkapi kuesioner tentang riwayat kesehatan, diet, kebiasaan olahraga, merokok, dan faktor gaya hidup mereka lainnya.

Dalam rentang waktu tersebut, 343 kasus baru glioma terdiagnosis. Juga 245 kasus baru meningioma, jenis kanker lain yang memengaruhi jaringan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Secara keseluruhan, konsumsi kopi tanpa kafein ditemukan sangat rendah. Sementara kopi biasa dan pola minum teh sangat bervariasi dari satu negara dengan negara lain. Misalnya Denmark (konsumen terbesar kopi) minum rata-rata hampir 3,5 cangkir per hari.

Atau Italia (konsumen terendah) rata-rata kurang dari setengah cangkir sehari. Konsumsi teh tertinggi dilakukan oleh partisipan dari Inggris dan terendah dari Spanyol. Penambahan konsumsi minuman terhadap timbulnya kanker otak ternyata saling berkaitan. Tim peneliti menemukan, minum 100 ml (atau sekitar 0,4 cangkir) per hari atau lebih dapat menurunkan risiko glioma sebesar 34 persen.

Selain itu, disimpulkan juga bahwa efek perlindungan dari dua minuman ini tampaknya sedikit lebih kuat terhadap seorang pria dan sepertinya berlaku hanya untuk glioma. Menurut Michaud, tidak jelas mengapa tidak ada bukti hubungan dosis-respons antara konsumsi kopi dan teh dengan risiko glioma, yang umumnya dianggap sebagai tanda kuat dari kemungkinan adanya hubungan sebab- akibat.

Namun, mungkin itu berkaitan dengan kesulitan dalam pengukuran tepat asupan kopi dan teh dari peserta studi, yang tergantung pada laporan itu sendiri. “Ini secara biologis masuk akal bahwa kopi dan atau teh dapat memengaruhi risiko glioma,” katanya. Sebuah studi laboratorium baru-baru ini misalnya, menemukan bahwa kafein tampaknya dapat memperlambat pertumbuhan sejenis glioma yaitu glioblastoma.

Selain itu, baik kopi maupun teh mengandung antioksidan yang membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang dapat menyebabkan kanker dan penyakit lainnya. Namun, bisa juga para pencinta kopi dan teh itu memiliki karakteristik lain yang mungkin memengaruhi kemungkinan mereka terkena glioma.

Tapi sejauh karakteristik itu belum terungkap, maka penyebab kanker otak itu juga belum dapat diketahui. Peneliti mengetahui adanya beberapa faktor risiko. Mereka yang menjalani terapi radiasi -paling sering radiasi pada kepala untuk mengobati jenis kanker lain- memiliki risiko tinggi mengalami tumor otak di masa mendatang. Pradisposisi genetik tampaknya berperan dalam sebagian kecil kasus tumor otak. Namun, bukti faktor makanan atau lingkungan, seperti paparan terhadap zat kimia di tempat kerja sejauh ini belum konklusif. Michaud mengatakan, masih butuh beberapa penelitian untuk mengonfirmasi bahwa ada hubungan antara konsumsi kopi dan teh dengan risiko glioma dan untuk mengetahui alasan yang mendasarinya.

Dr Jonathan Friedman, Kepala Texas Brain and Spine Institute di Texas A&M Health Science Center College of Medicine, Bryan, Texas, Amerika Serikat, menggambarkan temuan tersebut sebagai “hal yang mengejutkan”.

“Namun harap diingat, mekanisme mengapa kopi dapat menjadi pelindung (sebuah penyakit) benar-benar belum jelas,” terangnya. “Sementara manfaat kafein itu sendiri mungkin penting (bagi tubuh), namun beberapa komponen umum lainnya dalam sebuah kopi atau teh juga mungkin relevan (menjadi penyebab), seperti antioksidan alami,” katanya.

“Penelitian lanjutan akan diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini dan untuk mengidentifikasi bagaimana dasar dari hubungan korelasi tersebut,” uar Friedman. Dr John S Yu, Direktur Brain Tumor Center of Excellence di Cedars- Sinai Medical Center di Los Angeles, Amerika Serikat, menyebut penemuan ini luar biasa. “Jika kita punya obat untuk berbagai penyakit yang dapat mengurangi risiko menderitanya sekitar 34 persen, tentu akan dianggap sebagai obat yang hebat,” katanya.

Nara Sumber Dikutip dari Sini